Saif Bukan Anak Nakal...

Share this history on :

Dhuha yang penuh ceria. Setiap hari Istri saya selalu menikmati dhuha salah satunya dengan menyiapkan masakan untuk dzuhur nanti. Hapir setiap hari, Saif sering melihat Ummi memasak tempe goreng. Suatu ketika Ummi memerintahkan Saif untuk tetap bermain di ruang keluarga dan jangan ke dapur. Ummi akan bergegas mandi, karena hari sudah semakin siang. Alhamdulillah Saif tidak rewel dan menangis, Ummi dengan tenang bisa mandi tanpa khawatir atau terganggu dengan tangisan rindumu mencari ummi.

Usai mandi dan menggunakan pakaian, Ummi kembali menengok Saif. Ternyata ruang keluarga telah becek. Terdapat tumpahan air bercampur bedak dan tempe yang sudah disiapkan Ummi untuk di goreng. Tempe – tempe itu dicampur Saif dengan air dan bedak.

Saif nakal? Tapi tidak menurut saya dan istri saya. Anak kami adalah anak yang baik, ia ingin sekali membantu ummi agar tidak terlalu repot memasak. Saif ingin juga memasak tempe untuk ayahnya. Karena itulah ia bekerja keras menebak rumus adonan.

Mungkin satu hal yang diingat dia saat itu hanya tempe, air dan tepung berwarna putih. Ia menebak dengan nalurinya, ia menganalisanya dengan kerja otak kanan dan kirinya. Coba mencampur dan mengaduk sesuai apa yang biasa ia lihat saat ummi setiap kali menggoreng tempe tepung untuk ayah.

Hari itu saif telah membuat ayah bangga. Saif telah coba membantu Ummi, walau hasilnya memang belum maksimal, setidaknya Saif sudah mencoba membuat ‘kejutan’ untuk membahagiakan Ummi. Namun kamu masih kecil nak, insya Allah..suatu saat kamu akan menjadi seorang Mujahid yang pandai memasak baik untuk istri dan anakmu kelak, atau untuk kedua orang tuamu…

Saif juga telah membuat ayah dan ummi kembali bersyukur kepada Allah, karena dengan senyum sayang, kami tetap memeluk dan menciummu. Kau telah menyediakan ladang amal untuk kami, ketika kami harus membersihkan bercakan air, bedak dan tempe – tempe yang berserakan ‘mewarnai’ ruang keluarga. Ummi dengan sabar menyapu, mengepel hingga rumah rapi kembali setelah dibereskan Ummi dengan sentuhan tangan yang penuh kasih sayang.

Teruslah mengasah otakmu nak…, teruslah mengolah kepekaanmu, nikmati masa kecilmu….kami akan selalu mencintaimu dan membesarkanmu dengan kasih sayang dan tanggung jawab ibadah kepada Allah swt. Apa yang baru saja kau lakukan bukanlah sebuah kenakalan, tetap sebuah komunikasi empati dari naluri kasih sayangmu kepada orang tua, walau sejatinya kau perlu belajar lagi,,dan suatu saat kaupun akan semakin sempurna untuk mengerti kesempurnaan proses kerja kehidupannya…

Photobucket